Beberapa waktu lalu, pemerintah secara terbuka menyatakan permintaan pada seluruh maskapai di Indonesia untuk menurunkan nominal tarif yang mereka tetapkan pada calon penumpang sebagai respon terhadap keluhan masyarakat akan terus melonjaknya harga tiket moda transportasi udara tersebut. Hal tersebut lantas menimbulkan tanya tentang penyebab mahalnya tiket pesawat di negeri ini.
Faktor-faktor Dasar Penyebab Tiket Pesawat Mahal
Sebagai respon terhadap permintaan pemerintah, ada beberapa maskapai yang dengan sigap menurunkan standar harga tiket mereka.
Bahkan, Garuda Indonesia sebagai maskapai BUMN menyepakati penurunan tarif sebesar 20%. Namun, di sisi lain, ada beberapa pihak yang kontra terhadap permintaan tersebut.
Mereka menyatakan bahwa harga tiket pesawat di Indonesia telah sesuai ketentuan.
Argumen tersebut bukan tidak beralasan. Sebab, pada realitanya memang ada beberapa faktor tidak terbantah yang mendukung pernyataan tersebut.
Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan tiket pesawat seolah tidak terjangkau semua kalangan :
Biaya Sewa Pesawat Maskapai
Menyadari kebutuhan masyarakat akan transportasi publik melalui jalur udara sangat tinggi, maskapai memiliki kewajiban untuk mengakomodasinya dengan menyediakan unit pesawat yang cukup.
Dan hal inilah yang menjadi faktor utama tiket pesawat menjadi mahal. Sebab, sebagian besar pesawat yang beroperasi di Indonesia berstatus sebagai pesawat sewaan.
Biaya sewa tersebut memakan lebih dari separuh biaya operasional sebuah maskapai. Semakin banyak pesawat yang disewa, maka kian tinggi pula anggaran kreditnya.
Hal ini sejatinya dapat teratasi jika maskapai membeli unit pesawat terbang dan berhenti menyewa.
Namun, tidak semua maskapai memiliki dana untuk membeli langsung unit-unit pesawat untuk dioperasikan, sehingga solusi yang tersisa hanya menyewa.
Biaya Perawatan Pesawat
Selain biaya leasing, penyebab mahalnya tiket pesawat lainnya adalah biaya perawatan dari unit-unit pesawat yang dimiliki sendiri oleh maskapai ataupun yang berstatus sewa.
Pesawat membutuhkan uji berkala kelayakan terbang, perawatan unit, hingga perbaikan bila terjadi kerusakan.
Karena hal ini bersinggungan langsung dengan nyawa penumpang, maka wajib untuk rutin dilaksanakan meski biaya yang dihabiskan cukup besar.
Gaji Para Kru Pesawat
Tidak dapat disangkal bahwa para awak pesawat, baik pilot hingga pendamping penerbangan, memiliki gaji yang tinggi.
Namun, hal tersebut berbanding lurus dengan risiko profesi dari para kru di udara. Mereka harus memberikan layanan maksimal pada penumpang dengan jadwal kerja yang padat dan mendahulukan keselamatan penumpang bila terjadi insiden penerbangan.
Avtur (Bahan Bakar Pesawat)
Faktor yang satu ini beberapa waktu lalu juga ramai diperbincangkan karena beberapa pihak menyebutnya sebagai alasan utama dari tarif tiket utama yang begitu mahal.
Disebutkan bahwa harga avtur yang ditetapkan Pertamina selaku pemasok utama bahan bakar penerbangan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan perusahaan minyak bumi dan gas di luar negeri.
Pernyataan yang menyebutkan avtur menjadi penyebab mahalnya tiket pesawat ini tidak sepenuhnya salah namun juga tidak 100% benar.
Pada perhitungan penentuan tarif tiket, biaya avtur untuk sekali keberangkatan hanya memiliki prosentase sebesar 26%.
Jika kuota penumpang dalam satu kali rute perjalanan terpenuhi, maka avtur seharusnya tidak dapat dijadikan sumber masalah.
Nilai Tukar Rupiah
Kuat atau lemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama dolar Amerika, turut berpengaruh.
Sebagaimana diketahui bahwa mayoritas unit pesawat terbang di Indonesia berstatus sewa kepada pihak asing di mana pembayaran dilakukan dengan mata uang pemberi kuasa, sehingga bila rupiah lemah, maka biaya sewa turut melonjak.
Terlebih lagi, pihak pemberi sewa selalu mengikuti standar harga sewa pesawat terbaru, bahkan untuk unit pesawat yang telah cukup berumur.
Sebab itu, bila nilai tukar rupiah terus menguat atau minimal stabil, maka tarif tiket pesawat dapat dinegosiasikan kembali.
Risiko Bila Maskapai Menurunkan Harga Tiket
Setelah memahami kelima alasan yang menyebabkan tiket pesawat begitu mahal, kemudian akan timbul pertanyaan perihal kemungkinan nasib maskapai bila bersedia menurunkan standar harga penerbangan mereka.
Jawabannya hanya ada satu risiko mutlak, yakni maskapai yang bersangkutan akan berakhir gulung tikar.
Hal tersebut telah terjadi pada beberapa kasus kebangkrutan maskapai di Indonesia.
Pada dasarnya, perlu diketahui bahwa bisnis maskapai penerbangan memiliki prosentase tinggi dalam kemungkinan untuk merugi karena mempertimbangkan biaya operasional yang besar. Bahkan Garuda Indonesia yang tercatat sebagai maskapai dengan standar tarif tertinggi mencatatkan kerugian signifikan selama bertahun-tahun.
Namun, tidak ada yang dapat dilakukan karena kebutuhan masyarakat harus menjadi prioritas BUMN.
Polemik Tarif Promo
Bila memang maskapai milik pemerintah dengan tarif mahal saja mencatatkan kerugian sehingga hampir tidak mungkin untuk memberikan subsidi secara terus-menerus sehingga menjadi penyebab mahalnya tiket pesawat yang ditetapkan, lalu bagaimana dengan maskapai-maskapai yang berani menawarkan tarif hemat untuk perjalanan udara menggunakan jasa perusahaan mereka?
Apakah mereka tidak mengalami kerugian lebih besar dibandingkan instansi milik pemerintah?
Jawabannya, tidak. Maskapai-maskapai tersebut sejatinya membuang beberapa alokasi pendanaan dalam daftar di mana dirasa kurang bermanfaat untuk penumpang sehingga dapat mendeduksi tarif akhir.
Jadi, besaran tarif yang mereka terapkan bukanlah harga promo, namun merupakan konsekwensi dari penghilangan beberapa hal termasuk di dalamnya layanan. Ironisnya, trik tersebut berhasil membuat masyarakat tergiur.
Tidak mengherankan kemudian bila calon penumpang memprioritaskan maskapai yang memberikan tarif murah tanpa mengetahui bahwa pola tersebut berdampak besar pada kelangsungan maskapai serta jaminan keselamatan penumpang sendiri.
Sebab, pengurangan tarif berimbas pada rendahnya pemasukan maskapai di mana dapat merembet pada penurunan kualitas layanan. Bila keadaan berlanjut, maskapai berisiko mengalami pailit.
Tingginya Tarif Penerbangan Domestik Dibanding Penerbangan Internasional
Polemik lain tentang tarif penerbangan selain penawaran tarif promo adalah tiket penerbangan dalam negeri yang lebih mahal dibandingkan penerbangan internasional.
Hal ini disebabkan praktik grup maskapai besar di Indonesia yang memonopoli rute penerbangan domestik sehingga jumlah penerbangan terbatas sedangkan untuk rute internasional, terdapat banyak opsi maskapai dengan tarif lebih murah.
Ditambah lagi salah satu faktor penyebab mahalnya tiket pesawat yang telah sedikit disinggung di atas, yaitu harga avtur dalam negeri yang jauh lebih tinggi dibandingkan avtur luar negeri.
Untuk penerbangan domestik, otomatis pengisian bahan bakar dilakukan di dalam negeri, yang mana secara otomatis membuat dana operasional penerbangan domestik menjadi lebih tinggi dibanding penerbangan lintas negara.
Solusi Mengatasi Problematika Tarif Mahal Pesawat
Tanpa perlu menunggu tarif promo dari maskapai yang penuh risiko, sebenarnya calon penumpang tetap dapat melakukan perjalanan udara dengan biaya terjangkau.
Yaitu dengan cara melakukan pemesanan tiket jauh sebelum waktu keberangkatan. Harga yang ditetapkan untuk pemesanan biasanya lebih rendah dibandingkan dengan harga normal namun tetap menawarkan layanan sesuai standar operasional.
Melalui cara mudah tersebut, calon penumpang tidak perlu lagi dipusingkan dengan polemik penyebab mahalnya tiket pesawat serta tidak perlu menanti promo tarif maskapai dengan keselamatan yang kurang terjamin.
Dengan tidak mengharapkan harga promosi dari pihak maskapai, pelanggan sejatinya turut mempertahankan kelangsungan maskapai tersebut agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
Demikianlah situs BelajarKeuangan.com ini membahas tuntas mengenai hal yang sedang heboh akhir-akhir ini. Semoga dapat mencerahkan kita semua.
